Rabu, 22 Oktober 2014

"Wajah" di Planet Mars


Sebuah foto planet Mars yang diambil satelit Viking 1 milik Amerika Serikat pada 25 Juli 1976, memicu ribuan teori konspirasi. 
Foto itu mengejutkan, karena menampakkan sebuah tonjolan mirip wajah manusia di permukaan planet merah; lengkap dengan bentuk mata, hidung, dan mulut. 
Pasca penemuan itu, spekulasi berkembang. Banyak yang menganggap struktur wajah manusia itu adalah buatan mahluk cerdas penghuni Mars di masa lalu.
.
Padahal, NASA telah menjelaskan fenomena tersebut, pada 31 Juli 1976. Dijelaskan NASA dalam rilisnya, 'wajah Mars' itu adalah mesa (formasi batu curam dengan puncak yang relatif rata). Mesa 'Wajah Mars' berada di wilayah Cydonia.


"Gambar ini menunjukkan mesa yang ter-erosi yang bentuknya menyerupai kepala manusia, menunjukkan ilusi seperti mata, hidung dan mulut," demikian isi rilis NASA ke media saat itu.

Foto tersebut diambil pada 25 Juli 1976 dalam kisaran jarak 1.873 kilometer. Namun, penjelasan itu tak mempan. Para penganut teori konspirasi berkeras, 'wajah' itu adalah artefak peradaban manusia kuno di Planet Mars. Mereka bahkan menuduh NASA sengaja menutup-nutupi adanya kehidupan lain di luar Bumi. Bahkan, ketika satelit NASA kembali mengambil foto obyek yang sama pada 1990-an dan 2001 yang menunjukkan bahwa wajah itu hanya sebuah bukit terjal.

Selasa, 21 Oktober 2014

Hujan Meteor Orionids



Tahun 2014 ini, hujan meteor Orionid akan terjadi pada dinihari tanggal 21 Oktober.
Hujan meteor Orionid akan muncul di rasi bintang Orion. Jika berniat untuk mengamati hujan meteor Orionid, bangunlah saat tengah malam pada 21 Oktober 2014. Lihatlah ke rasi bintang Orion yang berada di langit atas kepala Anda.

Hujan meteor Orionid adalah hujan meteor tahunan, artinya selalu terjadi setiap tahun. Meteor-meteor pada hujan meteor Orionid berasal dari debu komet Halley yang pernah melintasi Bumi tiap 76 tahun sekali.

Di langit yang benar-benar gelap dan terbebas dari segala macam polusi, hujan meteor Orionid akan mencapai intensitas 20 meteor per jam.

Lain halnya jika Anda mengamati peristiwa ini di langit perkotaan. Intensitas akan menurun menjadi 1-5 meteor per jam saja karena terhalang polusi.

Tidak perlu teleskop untuk mengamati hujan meteor, karena teleskop justru akan mengganggu pengamatan Anda. Cukup dengan mata telanjang saja. Hujan meteor Orionid dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia.
Selamat mengamati :)

Komet Siding Spring dan Mars



Sebuah komet akan berada pada jarak yang  dekat dengan Planet Mars pada tanggal 19 Oktober 2014.

Komet yang dimaksud adalah komet Siding Spring, ditemukan pada 3 Januari 2013 oleh astronom Skotlandia-Australia Robert H. McNaught, seorang pengamat komet dan asteroid yang sangat produktif.  


McNaught telah menemukan 82 komet. McNaught adalah peserta di Siding Spring Survey, sebuah program yang memburu asteroid yang berpotensi mendekati Bumi.

McNaught menemukan komet Siding Spring menggunakan teleskop Uppsala Schmidt 0,5 meter di Siding Spring Observatory, New South Wales, Australia. 

Karena komet ditemukan dari survei observatorium untuk menemukan asteroid, dengan begitu sang komet menyandang nama observatorium, Siding Spring. Secara resmi dikatalogkan sebagai C/2013 A1.

Ketika ditemukan, Komet Siding Spring berjarak sekitar 1,07 miliar kilometer dari Matahari. Sesaat setelah itu, para astronom mengidentifikasi komet dalam foto yang diambil pada 8 Desember 2012 (sebelum penemuan resmi) oleh Catalina Sky Survey di Arizona.

Berdasarkan karakteristik orbitnya, komet ini tampaknya komet yang baru terbentuk atau komet bepergian dalam orbit parabola dan membuat kunjungan pertama ke Matahari kita.

Sekadar info, komet ini akan melintas dalam jarak paling dekat dengan Matahari (disebut perihelion) pada 25 Oktober pada jarak 209 juta kilometer.

Tapi titik menarik dari kunjungan Komet Siding Spring adalah pada hari Minggu (19/10), ketika komet ini bakal berada sangat dekat dari permukaan Planet Merah.

Menurut perhitungan para astronom, titik terdekat komet Siding Spring dengan Planet Mars adalah pukul 18:28 GMT atau pada pukul 1:28 WIB pada 20 Oktober 2014.

Komet akan meluncur pada kecepatan sekitar 202.777 kilometer/jam. Pertemuan angkasa ini akan memberikan kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi para ilmuwan untuk mengumpulkan data dari komet dan pengaruhnya terhadap atmosfer Mars.

Perhitungan terbaru menunjukkan bahwa pada pendekatan terdekat, komet Siding Spring hanya akan berjarak 138.700 kilometer dari permukaan Planet Mars, atau hanya 36% dari jarak rata-rata Bumi ke Bulan.

Teleskop diperlukan untuk melihat komet dari Bumi 
 

Komet ini akan mencapai magnitudo -6, atau sekitar tiga kali lebih terang dari kenampakan Planet Venus.

Namun, karena komet berjarak sekitar 243 juta kilometer dari Bumi, maka kita tidak akan melihatnya dalam "bentuk komet" yang memiliki ekor. Pengamat mata akan sangat kesulitan mengamati sang komet, namun tetap bisa melihat Planet Mars.

Anda membutuhkan teleskop untuk mengamati komet Siding Spring. Dalam pandangan teleskop, komet akan nampak bagai bintang dengan sedikit ekor dan tidak akan bergerak kemana-mana melainkan berada di sebelah Planet Mars. Disarankan menggunakan teleskop minimal memiliki aperture 8 inchi. Gunakan perbesaran mulai dari antara 200 hingga 400 kali untuk 'mempersempit' tampilan Anda.

Di mana letaknya?

Planet Mars
berada sekitar 45 derajat di atas cakrawala langit barat daya sekitar 45 menit setelah Matahari terbenam di langit Indonesia. Pada saat itu, komet Siding Spring hanya akan berada sekitar 1 derajat di sebelah kiri atas Planet Mars saat Anda mengamati lewat teleskop.

 

Soal Astronomi (21-10-2014)

1. Jarak Matahari-Jupiter = 5,2 AU. Jika Jupiter berada pada oposisi dan dianggap Matahari, Bumi, dan Jupiter segaris, maka waktu yang dibutuhkan oleh gelombang radar yang dipancarkan dari Bumi agar sampai ke Jupiter adalah ...

a) 43,3 sekon
b) 8,32 sekon
c) 2100 sekon
d) 8,32 menit
e) 2594,8 menit

Jawaban C

Saat oposisi: besar sudut Matahari – Bumi – Jupiter = 180. Saat oposisi segaris, jarak Matahari-Bumi = 1 AU = 1,496×1011 m. Jarak Matahari-Jupiter = 5,2 AU. Maka jarak Bumi-Jupiter kira-kira 4,2 AU. Waktu yang dibutuhkan cahaya Matahari (c = 2,99×10^8 m/s) mencapai Bumi = 500 sekon.
Radar menggunakan gelombang radio (v = c), maka waktu yang dibutuhkan gelombang radio mencapai Jupiter = 4,2 AU × 500 sekon = 2100 sekon

2. Pada awan molekular pembentuk bintang, proses pembentukan bintang yang ditandai dengan terjadinya proses keruntuhan (kolaps) akan mulai terjadi bila pada awan tersebut :

a) energi termal > energi potensial, massa awan > massa kritis (massa Jeans) 
b) energi termal < energi potensial, massa awan > massa kritis (massa Jeans)
c) energi termal > energi potensial, massa awan < massa kritis (massa Jeans)
d) energi termal < energi potensial, massa awan = 2 × massa kritis (massa Jeans)
e) energi potensial = 0.5 × energi kinetik

Jawaban : B

Energi thermal < Energi potensial, Massa awan > Massa Jeans.
Bila ini dipenuhi, maka proses pengerutan gravitasi sebagai awal pembentukan bintang akan terjadi.

3. Fase apakah Bulan bila terbit pada pukul 06.00?

a) Bulan Purnama 
b) Bulan Mati
c) Kuartil Akhir
d) Waxing Gibbous
e) Wanning Gibbous

4. Jika dilihat dari Bumi,maka posisi planet dalam yang tidak pernah ada adalah…

a) Konjungsi bawah dan konjungsi atas
b) Konjungsi bawah dan elongasi barat
c) Konjungsi atas dan elongasi timur
d) Elongasi barat dan elongasi timur
e) Oposisi dan kuadratur

Jawaban : E

Lihat gambar
 

Elongasi - Sudut antara arah ke Matahari dan arah ke planet dilihat dari Bumi. Sebuah planet dapat berada pada elongasi Barat atau elongasi Timur, bergantung kepada posisi planet dilihat dari Bumi di sebelah barat atau timur Matahari. Elongasi planet superior sebesar 0 sampai dengan 180 derajat. Untuk planet inferior, sudut terbesar 28 derajat (Merkurius) dan 48 derajat (Venus).

Konjungsi – Elongasi 0 derajat. Konjungsi bawah terjadi ketika planet berada diantara Bumi dan
Matahari. Konjungsi atas terjadi ketika berada pada sisi berlawanan dari Bumi. Hanya planet inferior yang dapat berada pada konjungsi bawah.

Kuadratur – Elongasi 90 derajat. Sebuah planet dapat berada pada kuadratur barat ataupun kudratur timur berdasarkan letak benda di sebelah Barat atau Timur Matahari dilihat dari Bumi. Planet inferior tidak pernah berada pada posisi kuadratur.

Oposisi – Elongasi 180 derajat. Pada saat oposisi, sebuah planet berada pada meridian pengamatpada waktu tengah malam. Planet inferior tidak pernah berada pada oposisi.